Senin, 04 April 2016

Kisah Janji/Padan Siregar Silali dan Nainggolan Parhusip



Kisah Janji/Padan Siregar Silali dan Nainggolan Parhusip

Disini saya akan merangkum dan mengambil hikmah dari Kisah Padan Marga Siregar dan Nainggolan. Bukan untuk meneliti ataupun menilai mana yang baik dan benar kisah ini, akan tetapi untuk memperkaya khasanah Pengetahuan, khususnya mengenai Tarombo Marga saya, Siregar Silali. Sekalipun tulisan saya subjektif, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya hanya mencoba merangkum berbagai versi dan kecocokan mengenai kisah Padan Siregar dan Nainggolan ini. Tujuannya tidak lain hanya untuk membagikan kepada keluarga dan keturunan Toga Siregar kelak di kemudian hari, akan mudah-mudahan generasi muda yang akan datang bisa melestarikan Adat dan Budaya leluhur batak.

Ada beberapa versi cerita mengenai Padan Siregar dan Nainggolan. Mulai dari Folklore Batakland, versi berbagai tarombo marga baik itu Siregar dan Nainggolan. Namun pada dasarnya timbulnya padan/janji tersebut adalah sama, yaitu pertukaran (change) antara Boru (bayi permepuan) Silali yang baru dilahirkan ditukar dengan Anak Nainggolan (bayi laki-laki). Jadi anak Siregar Silali tersebut sebenarnya adalah anak Toga Nainggolan, dan boru Nainggolan itu sebenarnya adalah boru Siregar.

Lebih jauh, pengertian padan adalah ikrar janji yang telah diikat oleh leluhur orang Batak terdahulu yang mengharamkan pernikahan kedua belah pihak dengan maksud menjaga hubungan baik di antara keduanya. Janji di antara orang di masa lalu adalah merupakan hukum. Hal semacam ini juga berlaku pada umumnya di tengah-tengah masyarakat Batak.


Pepatah Batak mengatakan: ”Hata do siingoton”, yang artinya ucapan atau janji seseoranglah yang diingat dan dipegang teguh. Selain itu, pepatah lain mengatakan: “Togu ihot ni uhum, tumoguan ihot ni padan”, yang bermakna kuat ikatan hukum, lebih kuat ikatan janji. Karena kata adalah janji, orang menjadi sangat hati-hati untuk mengikat janji dengan orang lain. Konsekuensi ikatan janji bisa turun temurun hingga beberapa generasi. Itu sebabnya orang Batak dewasa ini banyak yang terikat janji yang dibuat oleh nenek moyang mereka di masa lalu, banyak anggota marga tertentu terikat janji dengan anggota marga lain karena janji nenek moyang di masa lalu.


Kuatnya ikatan padan diumpamakan seperti peribahasa (umpasa) berikut:


Togu urat ni bulu,
Toguan urat ni padang,


Togu pe na nidok ni uhum,


Toguan nidok ni Padan


Artinya sebagai berikut :


Akar bambu kuat,


Akan tetapi akar rumput lebih kuat lagi,


Biarpun peraturan hukum kuat,


Lebih kuat lagi kata janji


Disini saya akan menceritakan kisah padan Siregar Silali dan Nainggolan Parhusip ini, berdasarkan versi dari Buku Toga Siregar, Karangan Santun Siregar_Op Gogo Doli. Menurut perspektif saya, buku ini yang saya pegang untuk dijadikan referensi karena sesuai dengan legenda/folklore batakland . Bukan karena beliau adalah masih ompung saya (kami dari pomparan yang sama yaitu Pomparan Ompung Raja Sungkia Siregar Silali di Pearung, Lintong ni Huta, tetapi saya menghormati buku karangan beliau, menuliskan buku ini melalui perjalalanan panjang beliau untuk membuat Buku Toga Siregar, beliau juga ikut hadir dimulai dari peletakan Batu Pertama Tugu Toga Siregar Tahun 1964, dan Pesta Peresmian Tugu Siregar di Muara tanggal 17-19 April 1974.
 

Toga Siregar mempunyai 2 Isteri yaitu :


  1. Siboru Panggabean Boru Limbong
    Dari Istri pertama ini lahir 2 putra, yaitu SILO dan DONGORAN
    Akan tetapi setelah anak kedua dilahirkan beliau meninggal dunia, dan Toga Siregar meikah lagi dengan dengan adiknya, Siboru Pandan So Malos Boru Limbong (ganti tikkar)
  2. Siboru Pandan So Malos Boru Limbong.
    Dari istri kedua ini, lahirlah dua putra, SILALI dan SIAGIAN.


Kisah lahirnya SILALI bermula dari Siboru Pandan So Malos Boru Limbong resah dan ingin melahirkan anak bayi laki-laki. Dan dikisahkan waktu itu ada klan Marga Nainggolan yang istrinya selalu melahirkan anak laki-laki dan sangat ingin (merindukan) melahirkan bayi perempuan. Pada satu kesempatan, yang terjadi secara kebetulan, mereka sama-sama melahirkan. Akan tetapi Siboru Pandan So Malos Boru Limbong ternyata melahirkan bayi perempuan, dan istri Marga Nainggolan melahirkan bayi laki-laki. Kedua ibu ini sepakat (antara istri SILALI dan ISTRI NAINGGOLAN), agar bayi perempuan Siboru Pandan So Malos Boru Limbong diberikan kepada Istri Marga Nainggolan, dan bayi Laki-laki dari Istri Marga Nainggolan diberikan kepada Istri Toga Siregar, Siboru Pandan So Malos Boru Limbong.


Demikianlah pertukaran (change) ini terjadi, karena saling sepakat dan saling merindukan anak, tercapailah apa yang diinginkan kedua ibu tersebut tanpa sepengetahuan suami mereka. Dan atas dasar kesepakatan itu mereka merahasiakannya ; rahasia/husip. 


 Kemudian rahasia/husip itu menjadi PADAN/JANJI/IKRAR. Dalam perkembangannya Turunan Siregar Silali lebih menyayangi boru Nainggolan parhusip dan Nainggolan Parhusip lebih menyayangi boru Siregar Silali. Akan tetapi kedua ibu yang menjadi titi (jembatan ) yang baik ini diikuti oleh marga Siregar, demikian juga marga Nainggolan.


 Disebutkan bahwa diberi nama SILALI, karena anak tersebut Lahi (laki), tetapi karena takut terkait dengan Silalahi dari Silahi Sabungan. Baiklah ia disebut SILALI, lali (terbang) tanpa sayap dari Nainggolan ke Siregar di Muara. Demikianlah legenda cerita tersebut yang disampaikan secara turun temurun. (sesuai Saduran Buku Toga Siregar).


Setelah itu tak lama kemudian lahir lah seorang putra lagi dari isteri Toga Siregar dinamai SIAGIAN ; SIANGGIAN. Nama tersebut sesuai dengan namanya, Sianggian adalah si Bungsu.


 
Sampai saat ini marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali belum pernah ada yang menikah. Memang dahulu hanya marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali yang memegang padan namun sekarang ini semua marga Nainggolan yang terdiri dari Nainggolan Batuara, Nainggolan Lumban Tungkup, Nainggolan Lumban Raja, Nainggolan Hutabalian, dan Nainggolan Lumban Siantar beserta marga Siregar Silo, Siregar Dongoran, dan Siregar Siagian sudah bersatu dimanapun mereka berada sehingga padan sekarang bukan hanya milik dari Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali saja namun juga untuk semua marga Nainggolan dan Siregar lainnya.


Kamis, 31 Maret 2016

TAROMBO KU _ Pomparan Raja Sungkia Siregar Silali Pea Arung

Horas Semuanya...




Perkenalkan Saya, Lambok Arnold Bennet Siregar Silali.




Pomparan ni Ompu i Raja Sungkia Siregar Silali, sian Lumban Panerahan,




Huta Bagasan Pea Arung Silali, Lintong ni Huta Paranginan.




Untuk Lebih jelasnya saya paparkan Silsilah Tarombo saya dibawah ini.