Kisah Janji/Padan
Siregar Silali dan Nainggolan Parhusip
Disini
saya akan merangkum dan mengambil hikmah dari Kisah Padan Marga Siregar dan
Nainggolan. Bukan untuk meneliti ataupun menilai mana yang baik dan benar kisah
ini, akan tetapi untuk memperkaya khasanah Pengetahuan, khususnya mengenai
Tarombo Marga saya, Siregar Silali. Sekalipun
tulisan saya subjektif, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya hanya
mencoba merangkum berbagai versi dan kecocokan mengenai kisah Padan Siregar dan
Nainggolan ini. Tujuannya tidak lain hanya untuk
membagikan kepada keluarga dan keturunan Toga Siregar kelak di kemudian hari,
akan mudah-mudahan generasi muda yang akan datang bisa melestarikan Adat dan
Budaya leluhur batak.
Ada beberapa versi cerita
mengenai Padan Siregar dan Nainggolan. Mulai dari Folklore Batakland, versi
berbagai tarombo marga baik itu Siregar dan Nainggolan. Namun pada dasarnya
timbulnya padan/janji tersebut adalah sama, yaitu pertukaran (change) antara
Boru (bayi permepuan) Silali yang baru dilahirkan ditukar dengan Anak
Nainggolan (bayi laki-laki). Jadi anak Siregar Silali tersebut sebenarnya
adalah anak Toga Nainggolan, dan boru Nainggolan itu sebenarnya adalah boru
Siregar.
Lebih
jauh, pengertian padan adalah
ikrar janji yang telah diikat oleh leluhur orang Batak terdahulu yang
mengharamkan pernikahan kedua belah pihak dengan maksud menjaga hubungan baik
di antara keduanya. Janji di antara orang di masa lalu adalah
merupakan hukum. Hal semacam ini juga berlaku pada umumnya di tengah-tengah
masyarakat Batak.
Pepatah Batak mengatakan: ”Hata do
siingoton”, yang artinya ucapan atau janji seseoranglah yang diingat dan
dipegang teguh. Selain itu, pepatah lain mengatakan: “Togu ihot ni uhum, tumoguan
ihot ni padan”, yang bermakna kuat ikatan hukum, lebih kuat ikatan janji.
Karena kata adalah janji, orang menjadi sangat hati-hati untuk mengikat janji
dengan orang lain. Konsekuensi ikatan janji bisa turun temurun hingga beberapa
generasi. Itu sebabnya orang Batak dewasa ini banyak yang terikat janji yang
dibuat oleh nenek moyang mereka di masa lalu, banyak anggota marga tertentu
terikat janji dengan anggota marga lain karena janji nenek moyang di masa lalu.
Kuatnya ikatan padan diumpamakan seperti
peribahasa (umpasa) berikut:
Togu urat ni bulu,
Toguan urat ni padang,
Toguan urat ni padang,
Togu pe na nidok ni
uhum,
Toguan nidok ni
Padan
Artinya sebagai berikut :
Akar bambu kuat,
Akan tetapi akar rumput lebih kuat lagi,
Biarpun peraturan hukum kuat,
Lebih kuat lagi kata janji
Disini
saya akan menceritakan kisah padan Siregar Silali dan Nainggolan Parhusip ini,
berdasarkan versi dari Buku Toga Siregar, Karangan Santun Siregar_Op Gogo Doli.
Menurut perspektif saya, buku ini yang saya pegang untuk dijadikan referensi
karena sesuai dengan legenda/folklore batakland . Bukan karena beliau adalah
masih ompung saya (kami dari pomparan yang sama yaitu Pomparan Ompung Raja
Sungkia Siregar Silali di Pearung, Lintong ni Huta, tetapi saya menghormati
buku karangan beliau, menuliskan buku ini melalui perjalalanan panjang beliau
untuk membuat Buku Toga Siregar, beliau juga ikut hadir dimulai dari peletakan
Batu Pertama Tugu Toga Siregar Tahun 1964, dan Pesta Peresmian Tugu Siregar di
Muara tanggal 17-19 April 1974.
Toga Siregar
mempunyai 2 Isteri yaitu :
- Siboru Panggabean Boru LimbongDari Istri pertama ini lahir 2 putra, yaitu SILO dan DONGORANAkan tetapi setelah anak kedua dilahirkan beliau meninggal dunia, dan Toga Siregar meikah lagi dengan dengan adiknya, Siboru Pandan So Malos Boru Limbong (ganti tikkar)
- Siboru Pandan So Malos Boru Limbong.Dari istri kedua ini, lahirlah dua putra, SILALI dan SIAGIAN.
Kisah lahirnya SILALI
bermula dari Siboru Pandan So Malos Boru Limbong resah dan ingin melahirkan
anak bayi laki-laki. Dan dikisahkan waktu itu ada klan Marga Nainggolan yang
istrinya selalu melahirkan anak laki-laki dan sangat ingin (merindukan)
melahirkan bayi perempuan. Pada satu kesempatan, yang terjadi secara kebetulan,
mereka sama-sama melahirkan. Akan tetapi Siboru Pandan So Malos Boru Limbong
ternyata melahirkan bayi perempuan, dan istri Marga Nainggolan melahirkan bayi
laki-laki. Kedua ibu ini sepakat (antara istri SILALI dan ISTRI NAINGGOLAN),
agar bayi
perempuan Siboru Pandan So Malos Boru Limbong diberikan kepada Istri
Marga Nainggolan, dan bayi Laki-laki dari Istri Marga
Nainggolan diberikan kepada Istri Toga Siregar, Siboru Pandan So Malos Boru
Limbong.
Demikianlah
pertukaran (change) ini terjadi, karena saling sepakat dan saling merindukan
anak, tercapailah apa yang diinginkan kedua ibu tersebut tanpa sepengetahuan
suami mereka. Dan atas
dasar kesepakatan itu mereka merahasiakannya ; rahasia/husip.
Kemudian rahasia/husip itu menjadi PADAN/JANJI/IKRAR. Dalam
perkembangannya Turunan Siregar Silali lebih menyayangi boru Nainggolan
parhusip dan Nainggolan Parhusip lebih menyayangi boru Siregar Silali. Akan
tetapi kedua ibu yang menjadi titi (jembatan ) yang baik ini diikuti oleh marga
Siregar, demikian juga marga Nainggolan.
Disebutkan bahwa diberi nama SILALI, karena anak
tersebut Lahi (laki), tetapi karena takut terkait dengan Silalahi dari
Silahi Sabungan. Baiklah ia disebut SILALI, lali (terbang) tanpa sayap
dari Nainggolan ke Siregar di Muara. Demikianlah legenda cerita tersebut yang
disampaikan secara turun temurun. (sesuai Saduran Buku Toga Siregar).
Setelah itu
tak lama kemudian lahir lah seorang putra lagi dari isteri Toga Siregar dinamai
SIAGIAN ; SIANGGIAN. Nama tersebut
sesuai dengan namanya, Sianggian
adalah si Bungsu.
Sampai
saat ini marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali belum pernah ada yang
menikah. Memang dahulu hanya marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali yang
memegang padan namun sekarang ini semua marga Nainggolan yang terdiri
dari Nainggolan Batuara, Nainggolan Lumban Tungkup, Nainggolan Lumban Raja, Nainggolan
Hutabalian, dan Nainggolan Lumban Siantar beserta marga Siregar Silo, Siregar
Dongoran, dan Siregar Siagian sudah bersatu dimanapun mereka berada sehingga padan sekarang bukan
hanya milik dari Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali saja namun juga untuk
semua marga Nainggolan dan Siregar lainnya.